Manchester, 21 November 2020
Aku baru kembali ke apartemenku setelah seharian menghabiskan waktu
di kampus dan bekerja paruh waktu. Belakangan ini, kegiatan kampusku memang
semakin sibuk, karena projek magisterku sudah aku mulai dengan lebih serius. Hari
ini, aku merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Tetapi ketika hendak
merebahkan diri di kasur, ponselku tiba-tiba berbunyi. Terpaksa aku harus berdiri
lagi untuk mengambil ponsel yang lupa aku keluarkan dari ranselku. Kuambil ponsel
itu dan kulihat. Ya Tuhan, sampai lupa!
Kulihat ke arah kalender, dan ternyata, ya benar, itu hari ini. Bergegas
aku berjalan menuju ke kursi meja tempatku bekerja. Lalu kulakukan
kebiasaan-kebiasaan yang selalu kulakukan sekali di setiap bulan. Tidak terasa,
waktu berlalu begitu cepat dan sekarang, ini adalah peringatan dua tahun
pernikahanku dengan software yang kugunakan saat masa penyelesaian tugas akhir.
Ah, tidak terduga memang!
Kalian pasti menganggap aku gila karena merayakan hal yang tidak
penting semacam itu setiap tahun. Lagi pula, mana mungkin ada pernikahan antara
manusia dan perangkat lunak, kalian pasti berpikir demikian, bukan? Haha,
ada alasan tersendiri mengapa aku akhirnya memutuskan untuk merayakan hal
semacam itu setiap tahun, bahkan bulan. Cerita yang sampai hari ini tidak bisa
kulupakan. Mungkin kebanyakan orang akan melupakan hal-hal semacam itu, namun
aku sama sekali tak pernah memiliki niat untuk menghapus memori itu dalam otakku.
Bagaimana tidak, tepat di tanggal ini, waktu itu, dulu, aku harus
menghadapi satu cobaan yang membuatku tidak memiliki banyak pilihan selain
tetap harus melakukannya. Sebab, jika aku memutuskan mundur, akan menimbulkan
banyak kerugian, bukan hanya buatku, namun juga untuk orang lain. Tentu, aku
sama sekali tidak menginginkannya!
Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa aku tidak pernah ingin
menghapus ingatan tentang hari itu. Rasanya memang selalu aneh tiap kali aku
mengingatnya. Bernostalgia dengan masa itu selalu membuatku terus mengucap
syukur bahwa ternyata benar, Tuhan sama sekali tak pernah meninggalkan kita
apapun yang terjadi. Percayalah, selama kamu berdoa dan meminta pertolongan,
Tuhan akan selalu memberikan pertolongan padamu bagaimana pun caranya. Ya itulah
alasan yang membuatku melakukan perayaan ini setiap bulan hingga tahun.
"Happy wedding anniversary ya softwareku."
***
Bicara soal softwareku itu, pastinya juga harus membicarakan tentang
sosok yang sudah mengenalkanku padanya. Kalau diingat-ingat, itu merupakan
pertemuan tak terduga. Sebenarnya bukan pertemuan yang tak terduga juga. Kami
sebelumnya sudah pernah bertemu dalam beberapa kelas. Namun hubungan kami
biasa-biasa saja. Aku juga bingung mengapa sekarang bisa sampai seperti ini.
Jujur saja, dulu aku tak pernah berpikir bisa menorehkan kisah yang
panjang seperti ini. Bahkan aku juga tak mengira akan melanggar ikrar yang kubuat
untuk tidak menjalin hubungan yang lebih dekat dengat siapapun guruku. Tetapi
apalah mampuku, aku tak mampu menahan takdir yang sudah tergaris, dan sebagai
manusia atau hamba yang baik, tugasku hanyalah menjalaninya. Meskipun ada
banyak ketakutan yang sempat terbesit, aku pada akhirnya tetap memutuskan untuk
tetap menjalaninya. Walaupun sejatinya, ada beberapa hal yang selalu membuatku
merasa bahwa guruku itu terlalu baik. Aku selalu mengatakan hal ini pada guruku
itu, bahwa bertemu dengannya merupakan berkat terbesar dalam hidupku.
Seandainya dulu aku tak bertemu dengannya lebih cepat, mungkin aku tidak akan
berada di Manchester sekarang. Berkat pertemuan dengannya dalam waktu yang
cepat itulah membuatku pada akhirnya berada di tempat ini, sekarang.
Dulu sekali, ketika hendak menemuinya, aku hanya bermodalkan
keberanian tanpa pengetahuan yang cukup tentang dunia itu. Namun karena tak
ingin terus-menerus mengalami kebuntuan yang membuatku terlalu lama stuck
terus-menerus di sana, aku pun memutuskan untuk menemuinya. Aku sama sekali tak
berekspetasi apapun dulu, yang aku pikirkan hanya satu, PENOLAKAN.
Tetapi rasanya kata itu terlalu kejam untuk seseorang seperti guruku
itu, apalagi dengan judge yang seperti itu. Tetapi karena aku hanya bermodalkan
percaya diri, maka itulah yang akhirnya menjadi satu-satunya hal yang
kutakutkan. Tetapi, sekali lagi, itu hanya menjadi ketakutanku. Guruku
itu, justru malah menerimaku dengan tangan terbuka. Sekali lagi jika harus jujur,
aku waktu itu tidak memikirkan apapun selain kata iya jika aku harus
menunggunya sampai mengabariku. Awalnya aku berpikir ini takkan sulit. Namun
setelah kujalani sampai saat ini, ada satu pemahaman yang membuatku akhirnya
menerima kenyataan. Bahwa ketika kamu
tidak memikirkan hal itu menjadi sulit, maka ia takkan berubah menjadi sulit. Sayangnya,
dulu aku tak berpikir seperti itu, hingga akhirnya membuatku nyaris putus
harapan.
Memang, tugas akhir selalu ada dramanya masing-masing. Selalu tak terduga,
semua terjadi di luar kendali. Namun ingatlah, ketika kita mencoba berdamai
dengan hal yang sulit itu, maka segalanya akan jauh lebih mudah. Jadi, mulailah
berdamai dengan semua kesulitan yang kita miliki saat ini. Bahkan meskipun tak
mudah, kita akan belajar satu hal, bahwa yang sulit pasti akan berubah menjadi
mudah.
Dulu, aku masih belum terlalu mampu untuk berdamai dengan mereka,
hingga akhirnya aku selalu kabur setiap kali gagal mencari jalan keluar. Aku
selalu beralih menuju pelarianku dan bukan belajar untuk menghadapinya saja.
Padahal, ketika sudah memutuskan untuk menghadapi, Sang Pencipta seolah akan
menunjukkan jalan bagimu.
Ya, begitulah drama yang sempat terjadi di masa penyelesaian tugas
akhirku. Namun aku terus survive sampai sekarang karena Tuhan telah
mempertemukanku dengan sosok guru terbaik di dalam hidupku. Ada banyak guru
terbaik yang pernah kutemukan di kehidupan ini. Namun untuk menjalin hubungan
sekuat dan sebaik ini, tidak ada yang pernah bisa kulakukan. Komunikasiku dengan
beberapa guru terbaik itu, hanya sekedarnya, tidak seintens dan sebaik ini. Itulah
mengapa pada akhirnya, guruku itu kuanggap lebih dari sekedar guru tetapi sudah
seperti ibuku sendiri.
Ada satu bagian dalam hubungan kami yang memang tidak kupahami.
Ketika dunia maya kami lebih romantis daripada dunia nyata kami. Dalam
kenyataan, kami hanya berbicara seperlunya saja, membicarakan hal-hal yang baik
dan itu menarik. Tidak lebih dari itu. Aku juga terkadang tidak memahami alur
hubungan ini dengan baik. Namun ya sudahlah, bagiku selama semuanya masih
berjalan dengan baik, maka tak ada hal yang perlu dirisaukan.
Aku menyadari satu hal, bahwa sejatinya perbedaan di antara kami,
rupa-rupanya suatu kesamaan yang tidak kami sadari. Sehingga secara tak langsung,
perbedaan itulah yang membuat ikatan kami semakin erat. Ya, mungkin itu saja
yang ingin kuceritakan. Aku tidak ingin kalian mengetahui lebih banyak lagi.
Namun aku berharap kalian juga akan menemui guru terbaik di perjalanan akhir
sebagai seorang mahasiswa.
Hari ini, setelah kembali menyandang predikat sebagai mahasiswa lagi,
aku selalu bersyukur atas semua pertemuan itu dulu. Salah satu takdir Tuhan
yang tak pernah ingin kulupakan. Aku selalu bilang kepada guruku, bahwa kami
akan bertemu kembali di momen perayaan hari kelulusan seperti satu tahun yang
lalu beberapa tahun ke depan. Sekarang, aku semakin tidak sabar untuk segera mewujudkannya.
Semoga kita bisa kembali bertemu di momen kelulusan dengan segera ya guruku.
***
Hari ini sambil memandangi fotoku bersamanya di hari kelulusanku satu
tahun yang lalu, aku ingin bertanya,
"Bu, apa kabar? Semoga ibu baik-baik saja."
Ya, aku berharap dimana pun ia berada, aku selalu berdoa yang
terbaik untuk kehidupan dan kebahagiaannya, sama seperti ketika aku mendoakan
orang tuaku. Semoga semesta kembali mempertemukan kita di momen yang
membahagiakan ya, Bu. Semoga momen yang terjadi satu tahun yang lalu bisa
kembali ulang tidak lama lagi. Sama seperti kata-kata yang pernah saya
ungkapkan dulu, hari ini saya berharap bisa kembali mengulang kata-kata
tersebut. Semoga.
"Terimakasih, Bu. Ini untukmu."
Itu tadi kisah singkat perjalanan tugas akhirku yang bisa kubagikan
padamu semua. Menginspirasi atau tidak, semoga ada pesan yang bisa kamu ambil
ya. Pesanku,
Tidak ada yang mengerikan di dunia ini, semua itu hanya ketakutanmu,
ku dan kita semua.
Teruslah melangkah, semoga kamu berhasil!
TAMAT
Salam literasi,
Diis Yosri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar