Rabu, 17 April 2019

The Second Mother


Manchester, 21 November 2020

 Aku baru kembali ke apartemenku setelah seharian menghabiskan waktu di kampus dan bekerja paruh waktu. Belakangan ini, kegiatan kampusku memang semakin sibuk, karena projek magisterku sudah aku mulai dengan lebih serius. Hari ini, aku merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Tetapi ketika hendak merebahkan diri di kasur, ponselku tiba-tiba berbunyi. Terpaksa aku harus berdiri lagi untuk mengambil ponsel yang lupa aku keluarkan dari ranselku. Kuambil ponsel itu dan kulihat. Ya Tuhan, sampai lupa!

Kulihat ke arah kalender, dan ternyata, ya benar, itu hari ini. Bergegas aku berjalan menuju ke kursi meja tempatku bekerja. Lalu kulakukan kebiasaan-kebiasaan yang selalu kulakukan sekali di setiap bulan. Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat dan sekarang, ini adalah peringatan dua tahun pernikahanku dengan software yang kugunakan saat masa penyelesaian tugas akhir. Ah, tidak terduga memang!

Kalian pasti menganggap aku gila karena merayakan hal yang tidak penting semacam itu setiap tahun. Lagi pula, mana mungkin ada pernikahan antara manusia dan perangkat lunak, kalian pasti berpikir demikian, bukan? Haha, ada alasan tersendiri mengapa aku akhirnya memutuskan untuk merayakan hal semacam itu setiap tahun, bahkan bulan. Cerita yang sampai hari ini tidak bisa kulupakan. Mungkin kebanyakan orang akan melupakan hal-hal semacam itu, namun aku sama sekali tak pernah memiliki niat untuk menghapus memori itu dalam otakku.

Bagaimana tidak, tepat di tanggal ini, waktu itu, dulu, aku harus menghadapi satu cobaan yang membuatku tidak memiliki banyak pilihan selain tetap harus melakukannya. Sebab, jika aku memutuskan mundur, akan menimbulkan banyak kerugian, bukan hanya buatku, namun juga untuk orang lain. Tentu, aku sama sekali tidak menginginkannya! 

Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa aku tidak pernah ingin menghapus ingatan tentang hari itu. Rasanya memang selalu aneh tiap kali aku mengingatnya. Bernostalgia dengan masa itu selalu membuatku terus mengucap syukur bahwa ternyata benar, Tuhan sama sekali tak pernah meninggalkan kita apapun yang terjadi. Percayalah, selama kamu berdoa dan meminta pertolongan, Tuhan akan selalu memberikan pertolongan padamu bagaimana pun caranya. Ya itulah alasan yang membuatku melakukan perayaan ini setiap bulan hingga tahun.

"Happy wedding anniversary ya softwareku."
***
Bicara soal softwareku itu, pastinya juga harus membicarakan tentang sosok yang sudah mengenalkanku padanya. Kalau diingat-ingat, itu merupakan pertemuan tak terduga. Sebenarnya bukan pertemuan yang tak terduga juga. Kami sebelumnya sudah pernah bertemu dalam beberapa kelas. Namun hubungan kami biasa-biasa saja. Aku juga bingung mengapa sekarang bisa sampai seperti ini.

Jujur saja, dulu aku tak pernah berpikir bisa menorehkan kisah yang panjang seperti ini. Bahkan aku juga tak mengira akan melanggar ikrar yang kubuat untuk tidak menjalin hubungan yang lebih dekat dengat siapapun guruku. Tetapi apalah mampuku, aku tak mampu menahan takdir yang sudah tergaris, dan sebagai manusia atau hamba yang baik, tugasku hanyalah menjalaninya. Meskipun ada banyak ketakutan yang sempat terbesit, aku pada akhirnya tetap memutuskan untuk tetap menjalaninya. Walaupun sejatinya, ada beberapa hal yang selalu membuatku merasa bahwa guruku itu terlalu baik. Aku selalu mengatakan hal ini pada guruku itu, bahwa bertemu dengannya merupakan berkat terbesar dalam hidupku. Seandainya dulu aku tak bertemu dengannya lebih cepat, mungkin aku tidak akan berada di Manchester sekarang. Berkat pertemuan dengannya dalam waktu yang cepat itulah membuatku pada akhirnya berada di tempat ini, sekarang.

Dulu sekali, ketika hendak menemuinya, aku hanya bermodalkan keberanian tanpa pengetahuan yang cukup tentang dunia itu. Namun karena tak ingin terus-menerus mengalami kebuntuan yang membuatku terlalu lama stuck terus-menerus di sana, aku pun memutuskan untuk menemuinya. Aku sama sekali tak berekspetasi apapun dulu, yang aku pikirkan hanya satu, PENOLAKAN.

Tetapi rasanya kata itu terlalu kejam untuk seseorang seperti guruku itu, apalagi dengan judge yang seperti itu. Tetapi karena aku hanya bermodalkan percaya diri, maka itulah yang akhirnya menjadi satu-satunya hal yang kutakutkan. Tetapi, sekali lagi, itu hanya menjadi ketakutanku. Guruku itu, justru malah menerimaku dengan tangan terbuka. Sekali lagi jika harus jujur, aku waktu itu tidak memikirkan apapun selain kata iya jika aku harus menunggunya sampai mengabariku. Awalnya aku berpikir ini takkan sulit. Namun setelah kujalani sampai saat ini, ada satu pemahaman yang membuatku akhirnya menerima kenyataan.  Bahwa ketika kamu tidak memikirkan hal itu menjadi sulit, maka ia takkan berubah menjadi sulit. Sayangnya, dulu aku tak berpikir seperti itu, hingga akhirnya membuatku nyaris putus harapan.

Memang, tugas akhir selalu ada dramanya masing-masing. Selalu tak terduga, semua terjadi di luar kendali. Namun ingatlah, ketika kita mencoba berdamai dengan hal yang sulit itu, maka segalanya akan jauh lebih mudah. Jadi, mulailah berdamai dengan semua kesulitan yang kita miliki saat ini. Bahkan meskipun tak mudah, kita akan belajar satu hal, bahwa yang sulit pasti akan berubah menjadi mudah.

Dulu, aku masih belum terlalu mampu untuk berdamai dengan mereka, hingga akhirnya aku selalu kabur setiap kali gagal mencari jalan keluar. Aku selalu beralih menuju pelarianku dan bukan belajar untuk menghadapinya saja. Padahal, ketika sudah memutuskan untuk menghadapi, Sang Pencipta seolah akan menunjukkan jalan bagimu.

Ya, begitulah drama yang sempat terjadi di masa penyelesaian tugas akhirku. Namun aku terus survive sampai sekarang karena Tuhan telah mempertemukanku dengan sosok guru terbaik di dalam hidupku. Ada banyak guru terbaik yang pernah kutemukan di kehidupan ini. Namun untuk menjalin hubungan sekuat dan sebaik ini, tidak ada yang pernah bisa kulakukan. Komunikasiku dengan beberapa guru terbaik itu, hanya sekedarnya, tidak seintens dan sebaik ini. Itulah mengapa pada akhirnya, guruku itu kuanggap lebih dari sekedar guru tetapi sudah seperti ibuku sendiri.

Ada satu bagian dalam hubungan kami yang memang tidak kupahami. Ketika dunia maya kami lebih romantis daripada dunia nyata kami. Dalam kenyataan, kami hanya berbicara seperlunya saja, membicarakan hal-hal yang baik dan itu menarik. Tidak lebih dari itu. Aku juga terkadang tidak memahami alur hubungan ini dengan baik. Namun ya sudahlah, bagiku selama semuanya masih berjalan dengan baik, maka tak ada hal yang perlu dirisaukan.

Aku menyadari satu hal, bahwa sejatinya perbedaan di antara kami, rupa-rupanya suatu kesamaan yang tidak kami sadari. Sehingga secara tak langsung, perbedaan itulah yang membuat ikatan kami semakin erat. Ya, mungkin itu saja yang ingin kuceritakan. Aku tidak ingin kalian mengetahui lebih banyak lagi. Namun aku berharap kalian juga akan menemui guru terbaik di perjalanan akhir sebagai seorang mahasiswa.

Hari ini, setelah kembali menyandang predikat sebagai mahasiswa lagi, aku selalu bersyukur atas semua pertemuan itu dulu. Salah satu takdir Tuhan yang tak pernah ingin kulupakan. Aku selalu bilang kepada guruku, bahwa kami akan bertemu kembali di momen perayaan hari kelulusan seperti satu tahun yang lalu beberapa tahun ke depan. Sekarang, aku semakin tidak sabar untuk segera mewujudkannya. Semoga kita bisa kembali bertemu di momen kelulusan dengan segera ya guruku.
***
Hari ini sambil memandangi fotoku bersamanya di hari kelulusanku satu tahun yang lalu, aku ingin bertanya,

"Bu, apa kabar? Semoga ibu baik-baik saja."

Ya, aku berharap dimana pun ia berada, aku selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan dan kebahagiaannya, sama seperti ketika aku mendoakan orang tuaku. Semoga semesta kembali mempertemukan kita di momen yang membahagiakan ya, Bu. Semoga momen yang terjadi satu tahun yang lalu bisa kembali ulang tidak lama lagi. Sama seperti kata-kata yang pernah saya ungkapkan dulu, hari ini saya berharap bisa kembali mengulang kata-kata tersebut. Semoga.

"Terimakasih, Bu. Ini untukmu."

Itu tadi kisah singkat perjalanan tugas akhirku yang bisa kubagikan padamu semua. Menginspirasi atau tidak, semoga ada pesan yang bisa kamu ambil ya. Pesanku,

Tidak ada yang mengerikan di dunia ini, semua itu hanya ketakutanmu, ku dan kita semua.

Teruslah melangkah, semoga kamu berhasil!
TAMAT

Salam literasi,
Diis Yosri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar