Kamis, 24 November 2016

Mereka dan Pengorbanannnya

"Awan muram, hati suram.
Tertatih bukan melatih.
Menggapai tak pernah sampai.
Siapa gerangan yang lelah?
Tuhan? Atau manusia-manusia yang tak berdaya?"~ Catatan Kegundahan, 23 November 2016.

Aku melihat banyak orang bekerja keras untuk mempertahankan hidupnya.

Aku juga melihat orang-orang yang bekerja keras itu, banyak yang tidak menghargai hidupnya.

Mereka bekerja begitu keras tetapi banyak yang tidak mengetahui apa arti kerja keras itu sesungguhnya.
Siang sampai malam, berjuang di jalanan. Kadang rela tak tidur seharian dan baru bisa merebahkan diri di siang pada hari berikutnya.

Aku tidak tahu apakah itu bagian dari sebuah ungkapan " menyedihkan" atau "menakjubkan".

Mereka-mereka yang rela mengorbankan hidupnya, aku juga tak tahu apakah mereka juga menghargai hidupnya sama seperti mereka berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya.

Aku menyaksikan beribu macam kisah dari hidup mereka. Aku terkesima dan juga sedih dalam waktu yang sama.

Mereka begitu gigih dalam berjuang, tetapi juga begitu rapuh dalam penghargaan untuk hidupnya. Hanya sekedar untuk memperoleh uang dan bisa makan, segalanya dilakukan. Tetapi ketika apa yang mereka inginkan tercapai, tak ada sedikit penghargaan yang diberikan. Malah yang terjadi justru sebaliknya. Memikirkan lagi bagaimana caranya hidup di hari berikutnya. Tidakkah itu merupakan hal yang " menakjubkan" sekaligus "menyedihkan" ?

Lalu, dimanakah letak arti sebuah "pengorbanan" yang sesungguhnya? Segala sesuatu yang telah rela dikorbankan hanya demi sebuah kehidupan yang katanya begitu "berharga" ?

Aku melihat, mengamati hingga menjadi penonton setia. Banyak dari mereka yang lebih memilih melakukan segalanya untuk bertahan hidup ketimbang sedikit dari mereka yang lebih memilih hidup untuk keduanya.

Dimanakah letak pengorbanan sejati dalam hidup ini?

Apakah hanya sekedar bertahan tanpa mengapresiasi adalah hal yang benar? Atau mungkin bertahan sekaligus mengapresiasi adalah dua buah hal yang tidak akan pernah beririsan?

Berkorban artinya belajar merelakan sesuatu. Merelakan sesuatu itu berarti harus diterima dengan ikhlas. Keikhlasan akan membawa hidup pada keberkahan yang luar biasa. Keberkahan hidup yang luar biasa membuat manusia menjadi lebih bersyukur. Bersyukur itu artinya belajar menghargai apa yang telah berhasil direngkuh. Menghargai merupakan langkah awal untuk mengapresiasi. Melakukan apresiasi itu artinya melakukan dua hal yang tak mungkin beririsan, yaitu bertahan dan mengapresiasi hidup sendiri.

Semua itu tampak begitu sederhana. Namun aku tahu apakah mereka pernah menyadari itu?

Jika melakukan pengorbanan tak bisa membawa hidup ini merasakan keberkahan yang luar biasa, itu artinya kesadaran belum sepenuhnya miliki diri ini, diri kita sendiri.

"Cara tepat untuk hidup adalah melakukan apa yang bisa dilakukan dan menghargai apa yang telah dilakukan."

Salam literasi,

Diis Yosri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar