Sabtu, 23 Januari 2016

I am Hope : "Good Bye, Mia."

Industri perfilman Indonesia memang sedang begitu luar biasa bebarapa tahun belakangan ini, dan salah satunya adalah film menginspirasi yang kembali akan tayang tidak lama lagi. Film tersebut berjudul I am Hope. Film yang disutradarai langsung oleh Wulan Guritno itu mengangkat tema tentang Kanker. I am Hope the Movie ini menceritakan kisah tentang perjuangan seorang gadis pemimpi bernama Mia untuk melawan penyakit kanker dan sekaligus mewujudkan impiannya. Film ini tentu akan menjadi film yang sangat menginspirasi siapapun yang tengah atau tidak menderita penyakit kanker untuk tidak serta merta kehilangan harapan dan impian di tengah badai cobaan yang datang silih berganti. Film ini juga mendorong kita untuk juga turut berpartisipasi untuk mendukung gerakan Gelang Harapan yang kita tahu bahwa gerakan itu merupakan sebuah gerakan peduli kanker dan sekaligus sebagai sumbangsih untuk turut ikut membantu para penderita kanker dan keluaganya yang kurang mampu. Semoga bisa bermanfaat ke depannya.
Nah, saya langsung saja ke inti topiknya. Tidak sengaja ketika sedang search info lomba, saya menemukan lomba blog bertajuk menentukan ending versi sendiri dari film I am Hope dari Uplek.com
Jujur, bukan hal yang mudah untuk memikirkan ending dari film ini. Mengingat harus terjadi banyak emosi mengenai perasaan di sana, saya sendiri mengalami banyak kesulitan hingga kebuntuhan ide berkali-kali. Namun terlepas dari itu semua berikut :


Sedikit khayalan gila dari saya mengenai ending dari film I am Hope yang tidak lama lagi akan segera tayang di bioskop, tepatnya tanggal 14 Februari 2016. Ending dari film ini sejatinya pasti akan jauh lebih menarik dari ending yang saya buat, namun terlepas dari apapun itu semoga film ini bisa menginspirasi banyak orang yang tetap memperjuangkan impian di tengah “Kematian” yang begitu nyata di depan mata. Berikut cuplikan ending dari saya mengenai film I am Hope....

Suasana begitu mencekam. Tangan itu sedari tadi tak bisa diam. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Dug...dug...dug...dug, rasanya seperti mau mati saja. Ia merasa begitu takut. Sampai-sampai dadanya menjadi sesak dan membuat napasnya tidak beraturan. Mata itu ingin sekali menangis, namun...ketakutan yang lebih besar menyingkirkan segalanya. Sekarang, ia hanya butuh dokter yang berada di dalam itu keluar secepat mungkin. Ia begitu ingin tahu akan keadaan putrinya, meskipun ia yakin putrinya akan tetap bertahan hidup. Sejenak ia coba untuk menenangkan diri, menghela napas beberapa kali. Ia mencoba menuju kursi lalu duduk di sana secara perlahan. Raut wajahnya masih menyiratkan kegelisahan, kegundahan, ketakutan yang campur aduk menjadi satu. Waktu terus berjalan, namun dokter tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. 
“Haaaaaaaaahhmm...” Ia menghela napas
Ditopangkannya kepalanya di atas kedua tangan yang ia tegakkan di atas pahanya. Tak lama berselang, terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Pria parubaya itu terlihat tidak peduli. Apa yang ia butuhkan saat ini adalah dokter yang ada di dalam ruangan itu keluar secepatnya. Ia hanya butuh itu. Suara langkah kaki itu semakin terdengar mendekat ke arahnya, semakin dekat dan akhirnya berhenti tepat di hadapannya. 
“Mia masih akan tetap bertahan. Jadi, hentikan kekhawatiran Anda, Om.” Ujar David 
“Tegakkan kepala Anda, Om.” David melanjutkan 
Ia langsung melongok ke arah atas. Ia menatap David dengan sorot mata tajam, layaknya harimau yang siap menerkam mangsanya. Raut wajahnya mendadak berubah menjadi kesal. David terlihat tidak gentar dan begitu tenang. Ia bahkan tidak membuat pergerakan sedikit pun dan tetap mengarahkan pandangannya ke arah Ayah Mia. 
“Mia...dia pasti hidup, Om.” Ujar David begitu yakin
Ayah Mia langsung berdiri dan memegang baju David dengan kedua tangannya. Ditariknya David mendekat kepadanya. Kedua wajah pria begitu dekat satu sama lain. 
“Apa kamu tidak merasa juga memiliki tanggung jawab atas apa yang Mia derita saat ini?” Tanya Ayah Mia dengan suara menakutkan
“Saya akan mencari kamu, jika terjadi sesuatu yang lebih dari hari ini pada anak saya!” Ayah Mia menegaskan
“Mia...pasti hidup Om. Dia pasti hidup.” Ujar David tidak gentar
“Kamu...tahu apa soal MIA?! TAHU APA?!” Bentak Ayah Mia sambil mendorong David
David hanya diam dengan pandangan tepat ke Ayah Mia. Ayah Mia terdengar menghela napas sambil mengusap wajahnya. Ia pun kembali melangkah menuju kursi dan perlahan kembali duduk. Ayah Mia mengangkat tangannya untuk menyuruh David pergi. Ia tidak ingin suasana hatinya semakin kacau akibat kehadiran David.
“Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam waktu lima, sepuluh atau bahkan satu menit ke depan, Om. Hal yang hanya bisa kita lakukan adalah menjalani dan mempercayai apa yang sedang terjadi saat ini, di waktu yang sedang kita jalani. Bahkan jika saat ini Mia tetap hidup, bukan berarti semuanya akan berakhir,bukan?” Tanya David
“Pulanglah...!” Suruh Ayah Mia
“Semua bahkan masih akan tetap berlanjut di tempat, situasi dan keadaan yang sama. Lalu apa salahnya jika kita tetap percaya? Apakah kepercayaan akan membuat semuanya berakhir?” David masih terus mengoceh
“Pulaang...!” Suruh Ayah Mia sekali lagi
“Pada akhirnya semua pasti akan pergi, Om. Semua kemungkinan begitu jelas. Mia yang dianggap akan segera pergi, tidak berarti akan lebih dulu pergi. Saya, Om bahkan siapapun yang menganggap Mia akan segera pergi bisa saja pergi duluan. Lalu kenapa kematian selalu DIPERMASALAHKAN?” David tampak begitu kesal
“Apa kamu tidak mendengar saya bilang apa tadi?!” Bentak Ayah Mia kembali berdiri
“Om...” Sebut David yang akhirnya meneteskan air mata
“Tidak bisakah untuk terakhir kalinya, saya diizinkan untuk melihatnya?” Tanya David berlinang air mata
Ayah Mia hanya diam dan terus menatap dengan sorotan mata tajam. Pintu ruang operasi terbuka. Pandangan Ayah Mia langsung diarahkan ke arah pintu ruang operasi itu. Sesaat kemudian, seorang dokter akhirnya menampakkan batanng hidungnya. Ayah Mia berlari menghampirinya. 
“Putriku, apakah Anda berhasil menyelamatkannya? Bagaimana kondisinya? Apakah ia baik-baik saja?” Ayah Mia langsung mencecar dokter dengan banyak pertanyaan
Dokter tersebut hanya bungkam. 
“Kenapa Anda DIAM saja?” Bentak Ayah Mia sambil menarik baju dokter tersebut
“Maafkan saya, maafkan saya.” Ucap dokter tersebut dengan nada menyesal
Ayah Mia tampak kecewa dan begitu frustasi. Kakinya yang tadinya menopang dengan begitu kokoh, mendadak lemah dan kehilangan kemampuannya untuk bisa menopang hinnga membuat Ayah Mia terjatuh ke lantai. Ia bahkan sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bahkan menangis pun, ia tak lagi mampu melakukannya. Dosis kefrustasiannya sudah melebihi ambang batas dan ia sudah mencapai titik dimana tidak bisa marah atau menangis. David juga merasakan hal yang sama. Perkataan dokter barusan membungkam dirinya begitu cepat. Air matanya juga terus mengalir sedari tadi. Inilah titik dimana, seolah kepercayaan dan keyakinan hanya tinggal omong kosong belaka.
“Semuanya bergantung pada anak Anda sekarang. Permisi!” Dokter itu pun pergi
“Ayaaaaaaaaaaaaaah!” Teriak seseorang dari kejauhan
Ia langsung berlari menghampiri Ayahnya yang sedang tidak berdaya tersebut. 
“Ayah ada apa? Bagaimana kondisi Mia? Apaaa kata dokter?” Tanyanya begitu khawatir
Sang Ayah hanya diam. 
“Katakan sesuatu Ayah, katakan sesuatuuuu!” Pintanya sambil memegang kedua lengan Ayahnya
Air mata itu akhirnya keluar. Suara isakan perlahan mulai terdengar dengan volume yang sangat kecil. Volume isakan itu terdengar semakin keras semakin lama. Hingga akhirnya suara tangisan meledak di lorong rumah sakit itu.
“Ayaah...” Sebutnya langsung memeluk sang Ayah dengan erat
Titik frustasi itu akhirnya turun menuju titik kesedihan yang mendalam. Dimana rasanya ingin mengeluarkan air mata sebanyak-banyaknya untuk melepas kesesakan yang sedari tadi melingkupi dadanya. Harapan, sepertinya sudah terasa seperti omong kosong sekarang.
......................................................................................................................................................
“Ayah....” Sebut Mia begitu lirih
Sang Ayah sangat tidak percaya akhirnya Mia bisa sadar. Matanya berkaca-kaca dan tanganya terus membelai kepala Mia dengan begitu lembut. 
“Ayah....” Sebut Mia lagi 
Diciumnya tangan Mia lalu didaratkannya sebuah kecupan di kening Mia. Ia akhirnya menangis.
“Haruskah kamu bangun, putriku? Ayah tak ingin melihatmu terus-menerus kesakitan. Ayah tidak ingin melihat itu.” 
“Ayah, Mia tidak ingin mati di tempat ini. Mia tidak ingin mati disini.” Ucapnya lirih
Ayah Mia menangis dan kembali mengecup kening putrinya. Mia membuka alat bantu pernapasannya.
“Mia, apa yang kamu lakukan?” Tanya Ayahnya marah
“Teater pertunjukkan Ayah...aku ingin ke sana.” Ucapnya dengan susah payah
“Kenapa tidak bunuh saja Ayahmu ini,  Mia? Kenapa tidak kamu lakukan saja itu?” Sang Ayah merasa kesal
“Untuk terakhir kalinya Ayah...tolong!” Ucap Mia begitu sedih
  Sang Ayah tetap tidak memperbolehkan. Bantuan alat pernapasan Mia pun dipasang kembali oleh Ayahnya. Mia tetap memohon sambil memegang tangan Ayahnya. Gadis itu sepertinya sangat tidak ingin menjadikan rumah sakit sebagai tempat dimana ia akan meninggal. Tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kembali, Ayahnya tetap pada keputusannya sejak awal. Mia tetap harus berada di rumah sakit sampai kondisinya benar-benar stabil.
“Ayah ingin temui dokter sebentar, kamu istirahatlah kembali. Sebentar yah, Nak.” Ucap sang Ayah sambil mendaratkan sebuah kecupan di kening Mia lalu pergi kemudian
Mia tak bisa melakukan banyak hal di tengah kondisinya yang begitu lemah saat ini. Namun bukan berarti, ia juga ingin berakhir di tempat ini. Terlalu menyakitkan meninggalkan dunia dengan keadaan mengenaskan seperti ini. Setidaknya, jika ia memang harus benar-benar pergi, ia harus pergi di tempat yang lebih indah. Tanpa alat-alat menyebalkan di sampingnya, tanpa obat, tanpa suster atau Dokter juga tanpa troly bed yang selalu setia menemaninya belakangan ini. Mia ingin meninggalkan dunia bersama orang-orang terkasih di tempat yang lebih baik. Ia ingin begitu tenang meninggalkan dunia ini.
“Tuhan...
Bolehkah aku memohon sekali lagi ditengah permohonanku yang begitu menggunung?
Jika iya, maka berikan aku jalan untuk meninggalkan dunia ini di tempat yang lebih indah.
Sungguh, aku tak ingin berakhir di sini Tuhan, Aku tak ingin berakhir seperti ini. 
Ini terlalu....menyakitkan. Tuhan....” Pekik Mia dalam hatinya hingga meneteskan air mata
“Apa aku tidak salah melihat barusan?” 
Mia terkejut dan langsung melirik ke arah pintu. Ia tampak tersenyum begitu melihat siapa yang sebenarnya datang. Bahkan di saat yang sama, ia juga sangat terharu. Orang itu mendekatinya lalu mencium tangannya.
“Apa aku terlambat?” Tanya David 
“ I love you...”  Ucap Mia dengan nada lirih
David tersenyum sekaligus terharu. Air matanya ikut mengalir bersama perasaannya yang juga begitu hancur saat ini. Mia pun langsung menghapus air mata David. 
Wherever you are, I don’t care. Because I will always love you. I create to love you. I love you too... princess.”  Ucap David mendaratkan sebuah kecupan di kening Mia
Mia akhirnya juga ikut meneteskan air mata kembali. Mungkin ini adalah kali terakhir ia bertemu dengan David. Sebab, masa depan takkan menjanjikan apapun untuk hubungan mereka. Seandainya bila memang harus seperti ini, ia tak ingin David melihat kepergiannya. Mia hanya ingin meninggalkan kenangan indah untuk orang-orang yang dicintainya.
“Kamu harus ingat satu hal, bahwa...tidak ada yang benar-benar mati. Sekalipun raga itu terkubur, jiwanya tetap akan abadi. Dan...pada akhirnya semua akan dipertemukan kembali. Semoga kamu lebih baik di saat pertemuan kita di kehidupan yang kedua nanti. Di hati ini, kamu selalu memiliki ruang, selamanya akan tetap seperti itu.” Jelas David
 I’ll be missed you.”  Ucap Mia masih begitu lirih
See you, princess. I’m gotta miss you.” 
Untuk terakhir kalinya, David mengecup tangan Mia. Hingga ia akhinya benar-benar pergi. Mia hanya bisa ikhlas untuk membiarkan David pergi. Tidak alasan tepat untuk menahannya di tempat seperti ini dan membiarkannya menonton Mia yang mungkin tibat-tiba merasa begitu sakit dan sangat kesakitan. Itu akan menjadi petunjukan yang paling menyedihkan bagi Mia. Belum lama David pergi, keadaan Mia tiba-tiba memburuk. Sakit itu kembali datang dan kali ini begitu tidak tertahankan olehnya. Sakit, sakit, sakit sekali rasanya. Mia bahkan tak lagi punya cara untuk menahan kesakitan itu. Saudari perempuannya yang baru datang begitu syok melihat keadaan Mia. Ia pun langsung berlari keluar untuk memanggil Dokter. Para suster dan Dokter diikuti dengan Ayah Mia langsung berlari ke kamar itu. 
“Mohon tunggu di luar Bapak!” Kata suster 
“Ayo Ayah!” Saudari perempuan Mia pun membawa Ayahnya keluar
Begitu miris rasanya hati Ayah Mia melihat putrinya yang begitu kesakitan. Ingin sekali mengantikan posisinya di sana. Putrinya masih sangat muda untuk menanggung semua ini. Hatinya sangat hancur tidak karuan. Rasanya ingin membiarkannya pergi saat ini juga, namun...ia masih sangat belum siap untuk kehilangan putrinya itu. Lima belas menit ia menunggu, Dokter pun akhirnya keluar. 
“Bagaimana keadaan putriku?” Tanya Ayah Mia
“Sel-sel kankernya berkembang sangat cepat. Hampir semua kinerja sistem sarafnya tidak lagi bekerja dengan baik. Saya tidak tahu putri Anda akan bertahan lebih lama lagi. Namun semoga itu yang terbaik.” ,=Jelas Dokter itu
“Kalau begitu, biarkan saya memenuhi keinginan Putri saya!” Paksa Ayah Mia
“Tetapi itu..”
“Dilakukan atau tidak, pada akhirnya semua akan berakhir, bukan? Satu permintaan terakhir...saya mohon!” Ayah Mia berlutut kali ini
“Tidak tidak tidak tidak...jangan seperti ini.” Dokter itu membangunkan Ayah Mia
“Satu permohonan...untuk putriku.” Ayah Mia belum menyerah
“Baik. Jika itu yang Anda inginkan. Satu permohonan terakhir, lakukanlah!” Ujar Dokter itu
“Terima kasih, terima kasih.” Ucap Ayah Mia dengan nada begitu sedih
......................................................................................................................................................
Langit malam begitu indah. Bintang-bintang bertaburan dimana-mana. Tuhan begitu sempurna menata semuanya hingga terlihat sangat menakjubkan. Semilir angin berhembus menusuk pori-pori. Lampu-lampu rumah juga gedung-gedung terlihat indah dari atas sini, tempat dimana hanya ada seorang Putri dan Ayahnya saja saat ini. Meskipun tidak berada di tempat yang ia inginkan, rasanya tempat ini sudah cukup mewakili harapannya. Tidak terliat Dokter atau suster, tidak ada troly bed meskipun kenyataannya ia tetap harus ditemani alat pernapasan. Mia tak mempermasalahkan itu dan tetap merasa bersyukur. 
“Ayo kita pergi, angin sudah semakin mengerikan. Terlalu tidak baik untuk kamu.” Kata Ayahnya
“Rasanya baru kemarin aku mendengar perkataan Ibu yang mengatakan “Dimana ada keberanian, di situ ada harapan”. Mia bahkan sudah semakin dekat untuk menemuinya, Ayah.” 
“Jangan berkata seperti itu, karena aku masih akan hidup lebih lama lagi. Ehm?” Kata Ayahnya menggenggam erat tangan Mia
“Ayah...terima kasih karena sudah begitu luar biasa menyayangiku, mengasuhku hingga menjagaku dengan baik. Terima kasih Ayah.” Ucap Mia dengan nada sedih
“Ayah...akan selalu berusaha melakukan itu semua dengan baik, Nak.” Balas sang Ayah penuh haru
“Maaf...jika aku tidak mampu menjadi putri yang baik untuk Ayah. Maafkan Mia...” 
Sang Ayah menangis lalu memeluknya dengan sangat erat. “Jangan pergiiii, Nak. Jangan tinggalkan Ayaaah.” Ucapnya
Rasa sakit yang begitu hebat itu kembali datang. Mia sudah tidak tahan lagi kali ini. Dipeluknya sang Ayah begitu erat untuk menahan rasa sakit itu. 
Ajal kematianku sudah di depan mata
Izrail tampak begitu nyata berdiri di hadapanku
Namun jika benar ini hari terakhirku di dunia
Maka izinkan aku pergi dengan cara begini
Dengan begitu Ayah tak perlu tahu bagaiamana aku pergi
Tuhan...
Ampuni aku, ringankanlah jalanku menghadap-Mu
Dan Ayah...jaga dirimu
Aku pergi!
Cahaya putih itu begitu nyata di hadapan Mia. Seseorang muncul dari cahaya itu. Mia tersenyum begitu melihat ternyata itu sang Ibu. Dijulurkannya tangan itu ke depan, sang Ibu pun menggenggamnya dengan erat. Cahaya itu semakin terang dan seolah menarik Mia perlahan-lahan, perlahan-lahan, perlahan-lahan...dan akhirnya..
“Haaaaahhhhhhmm...” Mia menghembuskan napas terakhirnya
“Mia.aa...Miaaa!” Sebut Ayahnya
Sang Ayah pun langsung melepaskan peluknya dan mencoba menyadarkan putrinya.
“Mia sadar Nak, Mia sadar!!” Teriak Ayahnya
Dideteksinya detakan urat nadi Mia, dan ternyata semua sudah berakhir. Ia mulai terisak perlahan-lahan. Ketakutannya akhirnya bertransformasi menjadi kenyataan. Putrinya sudah benar-benar pergi. Tangisan itu akhirnya meledak di hadapan putrinya yang hanya tinggal raga. 
“Miaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!” Teriaknya sambil memeluk putrinya itu
“Bangun Nak, banguuuuuuun!” Ucapnya dalam tangis
“Miaaa...Miaaaa...Miaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” Teriaknya lebih keras
......................................................................................................................................................
Sang pemimpi akhirnya pergi bersama harapan-harapannya yang lain meninggalkan dunia. Namun sekalipun raganya sudah terbenam oleh tanah, jiwa dan sisa-sisa semangatnya masih tersisa dan harus terus disemai agar ia tetap hidup dalam hati siapapun Mia, seorang pemimpi yang percaya bahwa dimana ada keberanian, disitu pasti ada harapan kini telah benar-benar pergi membawa impian-impiannya yang telah diraih. Semua orang mendoakan, dia akan lebih baik lagi dikehidupan kedua, tidak kesakitan namun tetap percaya pada impian-impiannya yang terus hidup.
“Aku akan sangat merindukan kamu sampai hari itu tiba. Beristirahatlah dengan damai, Tuhan merangkulmu dalam keabadian.  I love you, princess.” Ucap David meletakkan setangkai bunga 
See you again!”  David pun kemudian pergi
Hiduplah abadi bersama impian dan mimpi-mimpi yang indah. Sebab masa depan adaah milik mereka yang percaya akan mimpi lalu mewujudkannya menjadi nyata.

Pastinya, ending film ini akan lebih menarik dari ending yang saya buat. So, jangan lupa buat nonton ya. 14 Februari di bioskop, film I am Hope.  Biar lebih penasaran lagi saya kasih liat teasernya yak, hehehe.
Gimana? Keren dong ya? itu masih teasernya looh guys. Filmnya pasti lebih menarik lagi. Ini Mimin kasih satu bonus lagi, Soundtrack dari film I am Hope. chech it out!!
Soooooo, jangan lewatkan film menginspirasi ini ya!! Rilis 14 Februari 2016 ini guys, oke? DOn't forget yah!!

 
“PRE SALE @IAmHopeTheMovie yang akan tayang di bioskop mulai 18 februari 2016. Dapatkan @GelangHarapan special edition #IAmHope hanya dengan membeli pre sale ini seharga Rp.150.000,- (untuk 1 gelang & 1 tiket menonton) di http://bit.ly/iamhoperk Dari #BraceletOfHope 100% & sebagian dari profit film akan disumbangkan untuk yayasan & penderita kanker sekaligus membantu kami membangun rumah singgah .
Follow Twitter @Gelangharapan dan @Iamhopethemovie
Follow Instagram @Gelangharapan dan @iamhopethemovie
Follow Twitter @infouplek dan Instagram @Uplekpedia
#GelangHarapan #IamHOPETheMovie #BraceletofHOPE #WarriorOfHOPE #OneMillionHOPE #SpreadHope”


1 komentar:

  1. New Orleans Casino unveils sportsbook, live betting - JT Hub
    New Orleans Casino will soon unveil a 부천 출장마사지 sportsbook, live 삼척 출장안마 betting, and digital 영주 출장샵 event venue, 동해 출장샵 The Orleans Hotel & Casino, and the New 상주 출장샵 Orleans

    BalasHapus