Rabu, 05 Oktober 2016

Biarkan Tetap Terjaga

Ketika pintu itu kubuka, kulihat lambaian tangan padaku. Ia tersenyum bahagia, sangat bahagia. Hidupnya tampak damai. Aku iri melihatnya. Ia punya ingin yang kutahu itu sama denganku. Namun tak kulihat ia sibuk, sesibuk aku. Aku bingung juga terkesima. Hidupnya luar biasa. Tuhan menciptakannya begitu tertata. Emosinya, pengharapannya, perilakunya begitu mempesona. Aku tak tahu apa yang sebenarnya ada dan tiada. Namun aku ingin belajar darinya. Belajar menemukan kedamaian yang abadi. ~ Catatan kegundahan
 
Kalian punya mimpi? Punya harapan untuk jadi seorang yang begini atau mungkin seorang yang begitu? Kalian pasti memilikinya dalam sebuah daftar yang disebut "Impian".

Tetapi ada satu pertanyaan yang harus kalian pikirkan :
" Mengapa manusia harus punya impian padahal manusia tak pernah merasa puas?"

Ada seorang teman yang pernah berkata begini :
"Impianku sudah hilang semenjak aku merengkuhnya."

Pasti kalian bertanya-tanya, "Apa yang direngkuhnya bukan?"

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada sebuah pertanyaan baru untuk kalian:
"Apa akhir dari impian?"

Salah atau tidak, menurut saya akhir dari sebuah impian itu adalah profesi.
"Tapikan itu profesi yang hati saya inginkan?"

Dulunya saya berpikir begitu. Impian akan mengantarkan kita menuju profesi yang kita inginkan, pekerjaan yang kita cintai, kita harapkan. Namun sayang, hal itu tidak berakhir sampai di situ saja. 

Impian itu akan terus berjalan sampai kita benar-benar lelah untuk terus merengkuhnya.

Percaya atau tidak, kita pasti akan merasakan benar-benar lelah dalam mencapai sebuah impian.

Ada suatu fase, dimana kepompong yang diharapkan dapat mengeluarkan seekor kupu-kupu cantik, namun nyatanya tidak demikian, kepompong itu justru mengeluarkan kupu-kupu yang tak pernah diharapkan. Demikian pula dengan impian.

Apa yang kita inginkan bukan berarti harus terwujud semuanya. Ada orang yang mendapatkannya satu per satu dengan cara yang mudah, tetapi tak sedikit orang yang harus bersusah payah untuk merengkuhnya. Ya, demikianlah impian.

Tetapi bukan berarti kalian harus berhenti. Meskipun pada akhirnya akan merasa benar-benar lelah, setidaknya biarkan ia tetap terjaga.

Dengan begitu, rasa lelah itu akan ada penawarnya. Sesuatu yang suram perlahan-lahan mulai terang. Harapan yang sudah hilang, muncul lagi bersama dengan keputusasaan yang sirna, dan kalian, kalian akan berproses lagi dan lagi. Semua akan terus  dan selalu begitu. Takkan pernah berubah dari seperti itu.

Oleh karena itu, biarkan impian itu mengabadi dalam sukma Anda, mendarah daging di tubuh Anda, hingga akhirnya Anda percaya bahwa Anda tidak benar-benar berada di titik itu-itu saja.

Salam literasi,

Diis Yosri

2 komentar:

  1. Tidak ada yang namanya mudah dalam meraih impian. Kalau kita sering lihat orang lain mudah dalam meraih mimpinya. Mungkin aja kita nggak tau, gimana berdarah-darahnya dia, sebelum itu. Pasti banyak perjuangan yang dia lakukan. Kita cuma melihat sekelebat mata saja.
    Oh ya aku juga suka nulis lo, kamu bisa baca karyaku di peramurasa.blogspot.com ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah kita mencapai puncak, kita baru sadar bahwa apa yang kita perjuangkan untuk sebuah impian,ternyata hanya begitu2 saja.
      oke, segera meluncur. :D

      Hapus